Generasi Z: Anak Kandung Internet

Posted by By at 10 January, at 18 : 39 PM Print

GEN-Z, makhluk apa lagi ini? Disini belum selesai memperbincangkan generasi millennial, dibelahan dunia sana sudah mulai ramai membahas soal Gen-Z, sebuah generasi yang belum memiliki nama resmi. Bila GEN-Y secara resmi disepakati bernama generasi millennial, para pakar masih belum sepakat perihal penamaan yang pas untuk GEN-Z.

Nickelodeon tahun 2013 pernah menggunakan terminologi generasi post-millennial, ada juga yang menyebut mereka sebagai iGen, Gen Wii, Net Gen, dll. Turner Brodcasting Media di situs adweek.com pada bulan Januari 2016 menyebutkan GEN-Z sebagai Pluralist Generation.

Lalu siapa sebetulnya GEN-Z ini? Untuk menjawabnya, kita harus melangkah kebelakang untuk merunut beberapa generasi sebelum munculnya GEN-Z. Mengutip artikel dari William J. Schroer di socialmarketing.com, klasifikasi antar generasi biasa dilakukan berdasarkan pada cohort periode tahun kelahiran. Generasi Boomers terbagi 2 yakni Generasi Baby Boomers yang lahir 1946-1954, Generasi Boomers II atau Generasi Jones yang lahir 1955-1965. Setelah itu muncul yang disebut sebagai Generation X yang lahir 1966-1976 dan kemudian Generation Y atau Generasi Millennial yang lahir tahun 1977-1994. Nah setelah itu generasi yang lahir tahun 1995-2012 disebut Generasi Z atau lebih mudah disingkat sebagai GEN-Z.

Menggunakan definisi William J. Schroer diatas maka GEN-Z saat ini adalah penduduk yang berusia 4 – 21 tahun. Karena terlalu lebar maka saya lebih suka mempersempit GEN-Z adalah Generasi yang lahir setelah tahun 2000. Dengan menggunakan definisi ini maka GEN-Z adalah mereka-mereka yang sekarang masih remaja berusia belasan tahun, antara 12 sampai dengan 18 tahun.

Dalam konteks Indonesia saat ini berdasarkan estimasi data BPS penduduk Indonesia yang berusia 10 – 19 tahun berjumlah 45 juta jiwa atau 19.32% dari seluruh total penduduk Indonesia. Persentase ini hampir sama dengan jumlah GEN-Z di Amerika yang jumlahnya juga dikisaran 20% dari populasi penduduk Amerika Serikat.

Berbagai studi yang dilakukan di dunia menunjukkan karakteristik yang unik dari GEN-Z ini. Mereka boleh dibilang adalah generasi pertama yang sejak lahir sudah mengenal internet. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang disebut digital immigrant, GEN-Z adalah generasi pertama yang secara sah dan meyakinkan bisa disebut sebagai digital native, generasi yang sejak lahir sudah menjadi warga dunia.

Sebagai contoh, anak-anak kita yang balita pun sekarang nonton film kartunnya tidak lagi melalui TV atau VCD, tapi sudah menggunakan gadget semacam smartphone atau tablet. Orang tua sekarang juga disibukkan oleh rengekan anak-anaknya yang masih SD untuk bisa berinternet atau sekedar nonton video di youtube.

Konsumsi internet GEN-Z lebih tinggi dibanding generasi-generasi sebelumnya. Sebuah studi yang dilakukan oleh Refuel Agency yang dimuat adweek.com bulan Desember 2015 menunjukkan GEN-Z lebih menyukai situs-situs dan social media yang berisi hiburan dibanding generasi millennial. Sebagai contoh proporsi GEN-Z membuka youtobe dan instagram lebih tinggi dibanding generasi millennial, sementara generasi millennial lebih menyukai membuka Facebook.

Meski sangat aktif di internet, GEN-Z ternyata cukup protektif dan tertutup dalam menyuarakan opini nya di social media. Sebuah studi yang dlakukan Pew Research Center mengungkapkan lebih dari setengah (57%) GEN-Z lebih menghindar tidak memposting sesuatu di social media yang sekiranya akan mengganggu mereka di masa depan. Mungkin ini dikarenakan sebagian besar GEN-Z adalah produk yang dihasilkan dari perkawinan antar GEN-X yang merupakan generasi transisi antara era konvensional dan internet, GEN-X merupakan generasi yang memiliki kekawatiran tinggi terhadap dampak negatif internet bagi anak-anak mereka.

GEN-Z jarang ditemui di social media seperti Facebook dan Twitter, mereka bukannya tidak punya akun di Facebook, mereka punya namun mereka hanya pasif. Mereka menganggap Facebook dan Twitter lebih banyak diisi oleh generasi-generasi sebelumnya, GEN-X dan Millennial. Lalu kemana mereka bersosial media? Ternyata mereka lebih memilih social media yang sifatnya lebih tertutup, snapchat misalnya, atau mereka lebih aktif berkomunikasi di messenger seperti Whatapp, Line, dll. Survei yang dilakukan Alvara Research Center tahun 2015 mengkonfirmasi hal ini. Penggunaan messenger diusia 15-18 tahun lebih tinggi dibanding di usia-usia lainnya.

Implikasi yang terjadi tentu saja tidak mudah untuk mengenal dan mendekati GEN-Z, sudah tidak bisa kita menggunakan cara-cara otoritatif, harus menggunakan cara yang bersifat adaptif atau bahkan partisipatif untuk mendekati mereka. Adaptif berarti pendekatan yang luwes dan horizontal, sementara partisipatif berarti merangkul dan memberikan ruang bagi mereka untuk berekspresi.

Oleh:
Hasanuddin Ali
CEO and Founder
Alvara Strategic Research

Indonesian Consumer , , ,

Leave a Reply

Slot Deposit Pulsa Togel Deposit Pulsa Poker Deposit Pulsa Slot Online Slot Deposit Pulsa SLOT ONLINE Slot Online Slot Deposit Pulsa Tanpa Potongan Poker Pulsa Deposit pulsa tanpa potongan Dingdong togel http://206.189.151.151/ Slot Deposit Pulsa Slot Pulsa