Ideologi Negara: Pancasila atau Islam?
Posted by By Hasanuddin Ali at 10 January, at 18 : 52 PM Print
Isu meningkatnya radakalisme berbasis agama terus mengemuka di Indonesia, berbagai penelitian yang dilakukan beberapa waktu yang lalu, baik yang dilakukan oleh LIPI dan Wahid Foundation, menunjukkan hasil yang hampir sama, trend radikalisme yang berbasis agama semakin meningkat di Indonesia.
Penelitian LIPI menyimpulkan bahwa paham radikalisme justru tumbuh di kampus-kampus, di komunitas terdidik inilah paham-paham keagamaan yang bertentangan dengan Pancasila dan NKRI berkembang biak secara luas. Mantan Kepala Kebudayaan LIPI, Endang Turmudi mengatakan, pelajar dan mahasiswa dicekoki dengan ideologi bahwa Indonesia harus menjadi negara Islam, perang dibolehkan melawan musuh Islam, dan kafir bagi kaum yang tidak mendukung syariat Islam.
Selain menyasar mahasiswa, paham radikalisme juga menyasar pelajar-pelajar siswa kita. Hasil survei LIPI, sebanyak 25 persen siswa mengatakan, Pancasila tidak lagi relevan, 84 persen setuju penerapan syariat Islam, 52,3 persen setuju kekerasan beragama, dan 14,2 persen siswa mendukung aksi pengeboman1.
Hasil survei Wahid Foundation yang dirilis awal Agustus 2016 menyebutkan Indonesia masih rawan terhadap intoleransi dan radikalisme, sebanyak 7,7 persen dari 1500an responden yang disurvei bersedia melakukan tindakan radikal bila ada kesempatan dan sebanyak 0,4 persen justru pernah melakukan tindakan radikal.
Kendati demikian Yenny Wahid, Direktur Wahid Foundation menyampaikan ada temuan positif dalam survei kali ini. Sebanyak 67,3 persen mendukung pemberlakuan sistem demokrasi di Indonesia dan 82,3 persen menyatakan dukungannya kepada Pancasila dan UUD 19452.
Alvara Research Center bulan Juni 2016 juga melakukan riset terkait pandangan keagamaan umat Islam Indonesia. Survei dilakukan terhadap 1085 responden yang tersebar di 15 propinsi di Indonesia. Salah satu temuan menarik dari survei tersebut adalah ketika kami meminta responden untuk memilih ideologi berbangsa dan bernegara mana yang akan mereka pilih: Pancasila atau Islam?
Menggunakan semantic differential scale 1 – 6, kami mencoba membedah kecenderungan persetujuan mereka terhadap Pancasila atau Islam. Bila mereka menjawab semakin ke skala 1 berarti mereka semakin kuat memilih Pancasila sebagai ideologi negara, sementara itu sebaliknya bila mereka menjawab semakin ke skala 6 berarti mereka semakin kuat memilih Islam sebagai ideologi negara.
Ternyata hasilnya menarik, sebanyak 45,4 persen responden menjawab 1 dan 2, sementara 15,7 persen menjawab 5 dan 6. Artinya umat Islam masih memiliki kecenderungan yang lebih kuat untuk memilih Pancasila dibanding Islam sebagai ideologi bernegara. Meski demikian kita analisis lebih dalam ternyata yang menjawab 3 dan 4 masih tinggi yakni sebanyak 38,9 persen, mereka-mereka inilah yang masih masuk kategori ragu-ragu antara memilih Pancasila atau Islam.
Selain itu, temuan menarik lainnya adalah umat Islam yang tinggal di Luar Jawa memiliki kecenderungan memilih Islam sebagai ideologi negara lebih besar dibanding umat Islam yang tinggal di Jawa, apakah ini karena karena faktor ideologis atau semata karena faktor ketimpangan sosial ekonomi Jawa-Luar Jawa, perlu penelitian lebih mendalam